Dok. Alex Green | Pexels
Salah satu hal yang paling menantang ketika menjadi orang tua adalah saat menangani anak bertengkar. Ketika berusaha melerai, ada kekhawatiran bersikap tidak adil. Atau anak akan merasa dikecewakan karena menganggap orang tua membela salah satu anak dibandingkan anak yang lain.
Lantas apa yang harus dilakukan orang tua ketika anaknya bertengkar? Apakah kita, orang tua, perlu intervensi dalam pertengkaran anak-anak? Atau justru membiarkan anak-anak menyelesaikan masalah mereka sendiri?
Ini dia kata para pakar.
1. Rendahkan ekspektasi
Menurut Laura Kastner, psikolog klinis dan penulis buku Getting to Calm, The Early Years: Cool-headed Strategies for Raising Happy, Caring and Independent 3-7 Year Olds, mengatakan bahwa para orang tua perlu mengurangi ekspektasi hubungan harmonis dalam keluarga. Pasalnya, menurut Laura, keluarga yang harmonis bukannya tanpa pertengkaran, karena justru terkadang dari hal tersebut dapat membangun kedekatan antara kakak adik.
"Saya harap para orang tua untuk tidak terlalu mengkhawatirkan (pertengkaran kakak adik) itu," papar Laura.
Ia menambahkan, ketika orang tua mengurangi ekspektasinya dan bersikap lebih santai, itu akan membuat mereka tidak mudah stres atau meneriaki anak-anak. Lebih jauh, kebiasaan meneriaki anak-anak justru lebih berdampak jangka panjang pada buah hati.
2. Berikan mereka ruang sendiri
Jika memungkinkan, berikan ruangan sendiri bagi kakak dan adik, karena hal ini bisa menjadi tindakan pencegahan yang efektif untuk mengurangi pertengkaran di antara keduanya.
“Pisahkan mereka sebisanya,” saran Laura.
Disampaikan oleh Laura, jika Anda punya beberapa kamar terpisah dan mereka cukup dewasa, tempatkan mereka dalam ruangan masing-masing. Biarkan mereka bermain di tempatnya masing-masing dan beri mereka waktu untuk diri mereka sendiri.
"Biarkan mereka bosan. Mereka akan menyadarinya. Dan jika Anda berada di apartemen sempit seperti saya, dan anak-anak berada dalam satu kamar yang sama, buat zona terpisah untuk keduanya agar memiliki waktu sendiri," tambahnya lagi.
3. Ajari anak kapan harus berhenti bertengkar
Kendati harus bersikap santai terhadap hubungan kakak beradik yang naik turun, namun menurut Laurie Kramer, seorang profesor psikologi terapan di Northeastern University di Boston mengatakan bahwa Anda tidak serta merta boleh mengabaikan pertikaian antar saudara. Pasalnya, jika ya, Anda menganggap bahwa pertengkaran itu boleh saja dilakukan.
Secara khusus, dia yakin bahwa orang tua harus bisa memastikan anak-anaknya memiliki kemampuan mengelola konflik dan mengatasinya sendiri. Dan salah satu dari keterampilan itu adalah seni berhenti ketika keadaan menjadi terlalu intens, yang sejujurnya, adalah sesuatu yang masih menantang bagi orang dewasa.
Orang tua punya peran penting dalam mengajarkan anak untuk tahu kapan waktunya berhenti bertengkar. Tapi diingatkan oleh Laurie untuk melakukannya dengan cara yang tenang dan menyenangkan. Misalnya, diawali dengan cara minta anak-anak berhenti melakukan sesuatu saat sedang bermain atau ketika sedang outing ke luar.
"Dan ketika keadaan memburuk, misalnya mereka bertengkar, Anda bisa mengatakan kepada mereka 'Ibu lihat kalian sedang mengalami masalah, mari kita berhenti sebentar'," ujar Laurie menyarankan.
Lama kelamaan, anak-anak akan mengerti dan menyadari sendiri kapan waktu yang tepat untuk berhenti ketika keadaan semakin terlihat memanas.
4. Izinkan anak menyampaikan apa yang ingin mereka lakukan
Setelah mengajarkan anak untuk mengenali waktu yang tepat untuk berhenti bertengkar, strategi berikutnya adalah agar para orang tua lebih membuka telinga untuk mendengarkan cerita mereka.
"Tanyakan pada anak, 'Apa yang terjadi antara kau dan saudaramu? Apa yang kamu butuhkan?'," jelas Laurie menyontohkan.
Menurutnya, penting bagi siapapun untuk memiliki kesempatan mengekspresikan kebutuhan mereka. Apa yang akan Anda lakukan ini akan membantu memvalidasi perasaan mereka dan mengajarkannya untuk mendengarkann orang lain.
5. Percayakan anak untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri
Para pakar selalu mendorong para orang tua untuk memberikan anak-anak mereka waktu dan ruang untuk belajar manajemen konflik yang mereka pelajari.
"Biarkan mereka belajar untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Terutama untuk anak usia 5 tahun ke atas, karena mereka sudah mengerti aturannya," ujar Laura.
6. Intervensi ketika pertengkaran melibatkan kekerasan fisik dan penghinaan
Tentu saja, ada waktu-waktu tertentu para orang tua harus intervensi di tengah pertengkaran antar saudara. Terutama ketika melibatkan kekerasan fisik dan penghinaan.
"Lampu merahnya adalah ketika pertengkaran tersebut menjadi tidak aman dan ketika saudara yang lebih kuat (biasanya kakak) menggunakan kekuatan fisik untuk mengatasi situasi yang tidak adil," ujar Matt Lundquist, terapis dan direktur klinik Tribeca Therapy di New York.
Begitu juga ketika argumen di antara keduanya mulai mengarahkan pada situasi penghinaan. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pelecehan emosional dalam jangka panjang bisa jadi sama berbahayanya dengan pelecehan fisik dan seksual. Dan antar saudara bisa saling merundung satu sama lain.
"Salah satu aturan dasar yang harus diterapkan dalam keluarga adalah tidak ada satupun anak yang boleh bersikap jahat pada satu sama lain," papar Matt.
(*) Artikel ini sudah pernah diterbitkan di www.femina.co.id
Comments